Saturday, May 27, 2006

Seberkas Memori Di Musim Dingin


Aku diam membeku diantara orang-orang yang tak pernak aku kenal, dinginnya pagi ini membuatku lebih enak diam sambil menerawang jauh ke Indonesia. Begitupun temanku Hamdi lebih memilih diam tak bergerak sambil memasukkan tangannya ke dalam saku, ia tampak menggigil kedinginan, angin saat ini mengalir bagaikan aliran air di benua artik, dingin dan membekukan apapun. Tapi aku coba melihat orang-orang disekitarku masih memilih mengenakan pakaian yang tipis, tidak diriku yang saat ini mengenakan tiga lapis baju dan dua lapis jelana. Orang-orang Mesir di sekitarku masih belum merasakan yang namanya dingin, walaupun orang-orang asing sepertiku sudah kalang kabut merasakan dinginnya musim dingin saat ini, dinginnya bagaikan di puncak gunung Semeru, tapi masih lebih parah di sini, karena dingin di sini bisa membuat orang lumpu total, tulang akan menjadi keropos. setelah itu kita tidak akan pernah bisa bergerak lagi, makanya aku sering melihat orang tua di Mesir ini kebanyakan jika berjalan agak kesulitan, karena tulang mereka sudah begitu lema. Persendian seakan-akan terasa sakit. Aku dan Hamdi masih berdiri di samping halte di daerah Gami' distric, kuarahkan sekali lagi wajahku ke arah timur, kuberharap bis yang kutunggu-tunggu selama kurang lebih setengah jam segera datang, ternyata benar bis 80 coret atau kalau orang Malaysia menamainya 80 palang sedang mendekat. Tak seperti biasanya para penumpang berebut menaikinya, hari ini cukup longgar, biasanya bis ini cukup sesak. Aku seperti biasanya lebih memilih berdiri di bagian belakang, aku tak ingin berdesak-desakan dengan orang-orang besar itu. Semua kursi sudah penuh, aku dan Hamdi berdiri bersama, sambil menunggu bis berhenti di tujuan kami, yaitu di Al Azhar University, aku lebih suka menikmati pemandangan jalan dan perumahan di sepanjang jalan. Sedangkan Hamdi memilih membaca Al Qur'annya, memang yang paling aku sukai hidup di Mesir adalah kondisi membaca kitab suci Al Qura'an di tempat manapun, di dalam bis, taksi, angkutan pedesaan, atau sambil jalan-jalan. Di setiap sudut daerah ini kita bisa mendengar orang membaca Al Qur'an, mungkin sebab inilah negara Mesir menjadi salah satu negara yang cukup tentram, di dalam hati setiap penduduknya terdapat Al Qur'an. Bahkan orang yang berjualan pun kalau sedang tidak ada pembeli mereka gunakan waktu itu untuk membaca Al Qur'an, para supir angkutan umum pun membaca Al Qur'an. Indah memang hidup di Mesir.
Setelah bis yang aku tumpangi berhenti di halte Hayyul Stamin (Kampung ke-9), ada empat gadis Mesir yang masih memakai seragam Stanawi naik ke bis ini, aku diam terpaku melihat mereka berempat, empat gadis Mesir itu tampak gaul tidak seperti gadis-gadis Mesir yang lain, pakaiannya lebih banyak mengundang mata lelaki untuk melihat, aku hanya biosa berguming melihat kelakuan mereka, setelah mereka membayar karcis ke Kondiktur, mereka berdiri pas di sandingku, wah......bisa dirasakan gerogi sekali.
Tiba-tiba mereka menyentuh dan mengelus-elus rambutku yang panjang sebahu. Kata mereka rambutku indah dan bagus, aku hanya bisa tersenyum mendengar pujian mereka, mereka tetap ngak mau berhenti mengelus-ngelus rambutku, malahan semuanya mencoba menyentuh rambutku. Semua orang-orang melihatku dengan tatapan sinis dan iri, Hamdi yang sejak tadi melihatku tertawa cengar-cengir.
Memang orang Mesir paling suka dengan rambut anak-anak asia, mungkin karena kebanyakan rambut mereka kriting kali, jadi mereka ngefan rambut anak-nak Asia. Begitu malu diriku dilihat orang-orang sekelilingku, aku menyuruh untuk melepaskan tangan mereka dari kepalaku.
"Khalas ya Anisaah!!!"*
"Sya'ruka gamil awy"**
"Aiwah, Khalas ba ah!!!"***
Setelah agak kutinggikan suaraku mereka baru melepaskan kepalaku, mereka menjauhiku satu persatu, hingga tinggal satu orang yang berada dipinggirku, ia menoleh kearahku sambil mengerdipkan matanya. Tersentak aku dibuatnya, sekejap orang-orang melihatku lagi, mereka tampak tambah melotot, tiga gadis lainnya tertawa terbahak-bahak melihat aksi teman satunya itu, aku langsung menundukkan kepala, malu sekali aku dibuatnya.
"Sial gadis-gadis itu"
kataku di dalam hati, setelah beberpa menit kemudian mereka turun dari bis, dalam setengah perjalanan itu aku memilih menundukkan kepalaku, begitu malu. Stelah bis berhenti di halte samping Universitas, semua penumpang turun, di dalam perjalanan menuju kampus aku digoda habis-habisan oleh Hamdi, katanya seandainya itu dirinya yang di sentuh rambutnya, ia akan menyentak gadis-gadis itu, tapi itu tidak aku lakukan, karena aku paling takut dengan gadis Mesir, aku ngak mau mempunyai urusan dengan gadis Mesir, urusan ruwet dan berbahaya. Jangan macem-macem dengan wanita apalgi gadis Mesirnya. Mereka paling di lindungi di Negeri ini, berurusan dengan mereka sama halnya berurusan dengan tirai besi.
Cairo, 23 Mei 2006
)-:: Seberkas memori di musim dingin setahun yang lalu.
* Sudah wahai Nona
** Rambutmu indah sekali
*** Ya....sudah ah!!

0 comments: