Tuesday, October 17, 2006

Kisah di Gamaliyyah II

Kemarin hawa di Cairo mulai agak dingin, sebentar lagi musim dingin akan datang. Air yang mestinya bisa menyegarkan badan kemarin berubah dingin sekali. Bulan Ramadhan sebentar lagi akan segera habis, entah tahun depan aku bisa bertemu kembali apa tidak. Hanya do'aku semoga amal yang kukerjakan pada bulan ini diterima-Nya. Sudah dua minggu aku tidak melihat lagi gadis berkerudung putih itu, entah kemana perginya, terakhir kumelihatnya pada pertengahan bulan September. Aku merasa rindu ingin melihatnya kembali, entah penyakit apa yang menjalar ketubuhku ini. Sudah tidak bisa melihat gadis yang selama ini kuimpikan, teman-teman semuanya pergi, aku ditinggal sendirian di rumah, sepi sekali.

Siang tadi aku merasa kaget sekali, ternyata gadis yang selama ini kunanti-nanti tiba-tiba saja terlihat di samping apartemenku, kumelihatnya tanpa sengaja ketika aku sedang bosan di dalam rumah, waktu itu aku sedang membuka jendela apartemanku yang sebelah Timur, pas ketika kubuka jendela itu, eh... gadis itu ternyata berada di dalam apartemen samping apartemenku, ia juga lagi membuka jendela. Padahal setahuku ia bertempat di apartemen sebelah Barat apartemenku, lumayan jauh juga. Entah angin apa yang membawanya datang dan berada di situ, setelah tahu seperti itu, secara langsung jendela kamarku kututup kembali. Dari celah-celah daun jendela itu kuintip sejenak dirinya, tapi baru saja kumelihatnya daun pintu jendelanya segera ditutup kembali. Kasihan sekali diriku, sudah hati dek-dekan ketika melihatnya kembali, eh... malah sekarang kukehilangan dirinya lagi.

Sore itu aku duduk di depan komputer sambil menulis makalah untuk presentasiku minggu depan, sudah tiga hari aku duduk di depan komputer sambil pencet sana sini. Hasilnya masih baru sembilan halaman, padahal makalah itu harus ditulis minimal lima belas halaman, masih butuh sekitar tujuh halaman lagi. Tiba-tiba ada suara pintu diketuk, entah siapa yang mengetuk pintu dengan keras itu. Mungkin Madam Najwah yang sedang mengetuk pintu, hanya orang Mesir saja yang mampu negetuk pintu dengan keras seperti itu. Kalau temen-teman tidaklah mungkin, karena mereka tidak akan pernah negetuk pintu ketika pulang ke rumah, mereka akan langsung nyelonong masuk saja.

"Min...barroh?*" tanyaku dengan keras sebelum membula pintu.
"Ana..." jawabnya singkat.
Ternyata bukan Madam Najwah, entah siapa di luar sana, yang jelas suaranya seorang perempuan, mungkin saja Syaima' putri Madam Najwah. Kubuka pintu sedikit demi sedikit, hampir saja kuberteriak kaget ketika kumelihat siapa yang sedang berdiri di luar. Ternyata gadis berkerudung putih itu yang datang dengan membawa Kinafah** di tangan kanannya. Aku berdiri mematung tidak mampu berucap lagi.
"Ini Kinafah dari Bibi Najwah" ia menyodorkan Kinafah itu kepadaku yang masih mematung tidak bersuara.
"Oh...iya..iya..." kataku hampir terputus-putus.
Kuambil sepiring Kinafah yang terlihat lezat dan manis itu dari tangannya yang putih.
"Nona!, tolong tunggu sebentar, piringanya akan kucuci sebentar" kataku sudah tidak gugup lagi, ketika ia mau beranjak meninggalkanku.
Akhirnya ia kembali lagi, ia menunggu di depan pintu sambil melihat ke dalam rumah. Setelah selesai mengganti temapat, piring dari kaca putih itu segera kucuci denagn bersih, terus terang aku tidak mau barang-barang orang lain menjadi penjagaanku, karena aku takut tidak bisa menerima amanah orang lain, walaupun itu hanya piring yang mungkin tidak begitu mahal.
"Oh...maaf nona, nona siapa? dan kenapa nona yang mengantarkan Kinafah itu, bukannya Madam sendiri atau Adik Syaima'?" tanyaku untuk sedikit memulai perkenalanku, ini adalah peluang emasku untuk mengetahui namanya dan kalau boleh tahu nanti aku akan mendapatkan penjelasan di mana sebenarnya apartemennya.
"Saya keponakannya, Bibi lagi sibuk, begitu juga Adik Syaima'. Sudah berapa hari tinggal di sini?"
"Ini dia kesempatanku" kataku di dalam hati.
"Kami baru satu bulan tinggal di sini, nona siapa namanya?" tanyaku kembali.
"Oh ya...sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Salwah, kalau kamu?"
"Saya Angga al-Fannani"
"El-Fannani?" tanyanya agak menekan aksen.
"Ya, memangnya kenapa?"
"Ngak...ngak apa-apa, bagus"
"Tinggal di bawah?" pancingku.
"Tinggal di sebelah sana" katanya sambil menunjuk ke arah sebelah kanan apartemenku.
"Oh...kok jarang lihat"
"Baru saja balik dari rumah, hmm...saya turun dulu ya, selamat bertemu lagi" katanya sambil langsung menelusuri jalan tanpa menunggu jawabanku. Aku hanya bisa mengangkat kedua bahu mengiyakannya.
* Siapa di luar
** Manisan yang terbuat dari tepung dicampur dengan madu, biasanya dimakan dan dibuat ketika bulan Ramdhan
Ghamaliyyah, 05 Oktober 2006
Baca Selanjutnya Bro..