Seperti biasanya, musim yang panas ini membuatku enggan untuk keluar rumah. Sejak diklat pertama dan ke-dua kemarin, aku harus hati-hati untuk menjaga badan ini, jangan terlalu tervorsir kekuatan tubuh ini, harus seimbang antara istirahat dan mengeluarkan tenaga. Hari ini aku tidak perlu tergesa-gesa, sebab jam diklat telah diundur setengah jam. Dari perjalanan rumah ke pasar Attaba dan dari metro Attaba ke metro Cairo University bisa memakan setengah jam-an, kali ini perjalananku hanya berdua saja, sebab teman yang lain tidak masuk karena ada beberapa urusan pribadi. Setelah nyampai di Cairo University, aku tidak langsung masuk kelas, tapi terlebih dahulu menunaikan shalat Dhuhur supaya tidak tergesa-gesa seperti hari-hari sebelumnya. Selesai shalat Dhuhur yang membuatku terasa nyaman, aku masuk kelas, di dalam sudah penuh dengan mahasiswa yang lainnya. Aku mendapatkan tempat duduk di tengah-tenagh, tidak di belakang lagi. Di depanku sekitar empat baris telah ditempati para mahasiswi, aku jadi berfikir kenapa mereka duduk di bangku mahasiswa, padahal mereka sudah ada tempat khusus dan masih banyak yang kosong. Sambil menanti Dr. Musa, pandanganku menyapu semua mahasiswa dan mahasiswi, di depanku antara mahasiswa dan mahasiswi duduk campur aduk, heran sekali hari ini. Baru dua puluh menit kemudian Dr. Musa datang, pertama-tama beliau minta maaf atas keterlambatannya itu, selanjutnya beliau meminta para mahasiswi yang sedang duduk di tempat duduk mahasiswa untuk pindah ke tempat aslinya. Entah berapa kali beliau meminta, tapi dasar mahasiswi-mahasiswi itu kayaknya bandel sehingga mereka tidak bangkit-bangkit dari tempat duduknya. Baru setelah para mahasiswa menyuruh mereka pindah, akhirnya mereka berdiri juga. Aku pun pindah ke depan di mana para mahasiswi tadi duduk.
Dalam diklat ini Dr. Musa menjelaskan tentang ilmu Nahwu juga, tapi penjelasannya lebih enak di pahami, karena disamping beliau memakai bahasa Arab Fusha, juga cara menjelaskannya cukup jelas. Aku senang sekali dengan dosen yang satu ini, cukup puas aku bisa menghadiri diklat ini. Dua jam setengah terasa pendek sekali kurasakan, mungkin karena saking enaknya itu kali sehingga tidak terasa diklat sudah selesai begitu saja. Dalam perjalanan pulang itu, aku ingin mengambil beberapa fhoto di kampus dan di pasar Attaba, begitu juga di tempat Khan el-Khaliy. Tiba-tiba terselip suatu keinginan untuk fhoto-fhoto di Kornish Nil, alangkah indahnya seandainya aku bisa ke sana sore-sore. Setelah nyampai di rumah, sebelumnya aku shalat Ashar dulu di masjid al-Azhar. Di rumaha hanya bersitirahat sekitar satu jam-an, ada teman yang mengajak ke Tahrir untuk beli pakaian di pasar Kiwala Bala di samping Tahrir, ini namanya mau makan ikan Teri tanpa menangkap ikannya, tingggal memakan saja.
Dalam perjalanan ke pasar Kiwala Bala itu aku dan teman-teman jalan-jalan di Kornish Nil untuk mendapatkan beberapa jepretan fhoto kenang-kenangan. Ternyata sore hari di jembatan Nil Tahrir lebih indah dari pada yang selama ini kubanyangkan, tua-muda Mesir tuplek-amblek menikmati senja di Nil, indah dan romantis sekali, alangkah indahnya bisa jalan-jalan bersama kekasih sendiri. Jarak anatara Kornish Nil Tahrir dengan pasar Kiwala Bala cukup jauh, sekitar dua kilo-an. Setelah sampai di sana, aku benar-benar kaget sekali, belum pernah aku melihat pasar pakaian yang sebesar ini di dalam hidupku, bahkan pasar pakaian di Attaba akayaknya kalah besar. Harga yang ditawarkan di sana cukup murah, sayang sekali aku tidak punya uang banyak, coba ada uang abnyak akan habis di sana. Setelah muter-muter dari sore sampai jam 12 malam, aku hanya bisa beli satu celana Jeans dan tiga baju dengan uang hanya lima puluh pound di tangan.
Dalam perjalanan pulang itu, aku dan teman-teman hanya bisa berjalan kaki, karena untuk naik bis atau angkutan tidak ada yang tahu apa mobilnya, mau naik taksi kita ada lima orang, tidak mungkin taksi mau. Akhirnya perjalanan yang jauh itu kita tempuh juga, kaki seperti mau copot, padahal belum sampai rumah, baru nyampai Ramsis. Dari Ramsis aku dan teman naik metro ke Attaba, dari Attaba ke rumah berjalan kaki lg, alangkah capeknya hari ini. Dengan kaki hampir copot aku dan teman-teman sampai rumah, setelah shalat dan mandi aku langsung tertidur pulas, hingga mimpi i kasih uang seseorang. Pagi-pagi ternyata ada sms dari orang tua, aku dikirimin uang, oh... Tuhan memang tahu kalau aku sedang membutuhkan uang, Tuhan itu Mhaha Tahu dan Maha Adil, alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Dalam perjalanan ke pasar Kiwala Bala itu aku dan teman-teman jalan-jalan di Kornish Nil untuk mendapatkan beberapa jepretan fhoto kenang-kenangan. Ternyata sore hari di jembatan Nil Tahrir lebih indah dari pada yang selama ini kubanyangkan, tua-muda Mesir tuplek-amblek menikmati senja di Nil, indah dan romantis sekali, alangkah indahnya bisa jalan-jalan bersama kekasih sendiri. Jarak anatara Kornish Nil Tahrir dengan pasar Kiwala Bala cukup jauh, sekitar dua kilo-an. Setelah sampai di sana, aku benar-benar kaget sekali, belum pernah aku melihat pasar pakaian yang sebesar ini di dalam hidupku, bahkan pasar pakaian di Attaba akayaknya kalah besar. Harga yang ditawarkan di sana cukup murah, sayang sekali aku tidak punya uang banyak, coba ada uang abnyak akan habis di sana. Setelah muter-muter dari sore sampai jam 12 malam, aku hanya bisa beli satu celana Jeans dan tiga baju dengan uang hanya lima puluh pound di tangan.
Dalam perjalanan pulang itu, aku dan teman-teman hanya bisa berjalan kaki, karena untuk naik bis atau angkutan tidak ada yang tahu apa mobilnya, mau naik taksi kita ada lima orang, tidak mungkin taksi mau. Akhirnya perjalanan yang jauh itu kita tempuh juga, kaki seperti mau copot, padahal belum sampai rumah, baru nyampai Ramsis. Dari Ramsis aku dan teman naik metro ke Attaba, dari Attaba ke rumah berjalan kaki lg, alangkah capeknya hari ini. Dengan kaki hampir copot aku dan teman-teman sampai rumah, setelah shalat dan mandi aku langsung tertidur pulas, hingga mimpi i kasih uang seseorang. Pagi-pagi ternyata ada sms dari orang tua, aku dikirimin uang, oh... Tuhan memang tahu kalau aku sedang membutuhkan uang, Tuhan itu Mhaha Tahu dan Maha Adil, alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Baca Selanjutnya Bro..