Sunday, October 14, 2007

Sinopsis Novel Senja Di Kornish Nil


Seperti juga senja yang ada di Kornish Nil, yang lama-kelamaan akan hilang ditelan kegelapan. Seperti itu juga hakikat dari sebuah kegembiraan yang akan sirna oleh kesedihan, keduanya akan berganti sesuai hukum Tuhan. Kegembiraan tidak ubahnya seperti keindahan senja yang hanya mampir sebentar dalam kehidupan, hanya beberapa detik, setelahnya akan datang masa gelap atau kesedihan. Sebenarnya kalau kita mau membuka sedikit mata, akan terlihat jelas bahwa diantara keduanya ada semacam keseimbangan yang tidak akan pernah terpisahakan, adanya keindahan senja karena adanya kegelapan malam, begitu pun dengan kegembiraan karena adanya kesedihan. Manusia bisa mengenal apa itu gembira, itu bukan lain karena manusia pernah merasakan sedih. Gembira dan sedih hakikatnya adalah gula-gula dan kenikmatan hidup terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Seperti halnya keindahan senja dan kegelapan adalah keindahan dan dibaliknya ada manfaat yang besar untuk manusia juga.



Semuanya diciptakan oleh Tuhan untuk manusia, supaya manusia tidak bosan dengan kehidupan ini. Karena manusia mempunya nafsu yang selalu ingin perubahan, bukan suatu ketetapan yang membosankan. Tuhan menciptakan sedih setelah gembira atau sebaliknya, pada dasarnya untuk memberikan kenikmatan hidup bagi nafsu manusia. Maha besar Tuhan yang menciptakan segalanya dengan teratur!.

Senja di Kornish bukanlah sekedar sebuah senja biasa. Keindahan senja di tempat ini, bagi orang-orang Mesir dan orang yang pernah melihatnya dikatakan tidak kalahnya dengan keindahan senja di sungai Seine, Perancis. Warna keemasannya mampu membuat orang terhanyut ke sebuah dunia dengan keindahan tanpa batas. Matahari yang bulat berwarna merah kemas-emasan itu tidak hanya membuat Kornish Nil menjadi lebih indah, tapi juga membuat badan menjadi agak lebih hangat. Walaupun begitu, embun dan halimun putih tipis yang ada di permukaan sungai Nil tidak mau kalah dengan cahaya senja yang keemas-emasan. Kaliborasi antara warna merah keemas-emasan dengan halimun putih tipis menghasilkan paduan warna dan keindahan tersendiri, keindahan-keindahan itu tidak akan bisa diperlihatkan di tempat lainnya, belum lagi ditambah pergerakan air sungai Nil yang bergerak santun, membuat kondisi di Kornish Nil tidak bedanya dengan surga yang pernah diimpi-impikan oleh setiap orang.

Ketika berjalan atau berhenti sambil menikmati udara dan keindahan warna senja kemerah-merahan bercampur keemas-emasan itu, suasana hati akan ikut berbunga-bunga. Hati yang gelisah, lelah, penat, marah, atau lagi lesu akan segera terhempas hilang semuanya. Kata orang Mesir, berjalan di pinggiran sungai Nil atau di Kornis Nil akan membuat jiwa seseorang melayang-layang diantara hamparan keindahan tanpa batas, makanya tidak heran jika ada seorang pendatang mengatakan bahwa keindahan Kornish Nil seperti sebuah replika dari surga.

Cerita ini dimulai dengan kedatangan seorang pemuda berdarah Indonesia-Mesir yang bernama Khalil di Mesir, ia datang dengan mengemban amanat dan wasiat terakhir dari mendiang ayahnya. Ia datang ke Mesir untuk mencari dan menyatukan keluarganya yang sudah terpisah slama dua puluh tahun silam. Setibanya di Mesir, ternyata tidak mudah untuk mencari jejak ibu dan adik-adiknya yang sudah dua puluh tahun terpisah darinya itu. Selama berbulan-bulan ia berusaha terus-menerus mencari kalurganya itu, tapi tetap sulit mencari jejak keberadaan mereka. Hingga hari-harinya di Mesir membuatnya mengenang kembali kisah sedih dua puluh tahun silam. Akibat salah paham dan fitanah dari orang lain, kedua orang tuanya harus berpisah selama itu. Karena mengenang kisah sedih inilah, tanpa sengaja ia mulai putus asa dan selalu murung. Hampir hari-harinya selalu ia gunakan untuk melihat keindahan senja di Kornish Nil, tapi kenyataanya ia tidak mendapatkan apa-apa di sana, hanya membuat serpihan luka lama menjadi terkuak kembali.

Apakah Khalil bisa mengobati luka-lukanya yang terkuak kembali akibat sulitnya mencari keluarganya itu? Dan apakah Khalil mampu menemukan dan menyatukan kembali keluarganya yang terpisah? Dalam perjalanan ini, Khalil banyak sekali menemukan rintangan, termasuk keadaannya sendiri yang selalu bersedih hati dan tentang kisah cintanya dengan dua orang gadis Sophie dan Yasmin yang membuatnya bingung untuk memilih, disamping misteri sulitnya mendapatkan informasi keberadaan keluarganya di Mesir. Apakah Khalil mampu menyelesaikan semua masalahnya itu?. Tentunya semua akan terjawab di dalam kisah Senja di Kornish Nil.





0 comments: