Wednesday, October 24, 2007

Sakkia Abdel Muneim El Sawy


Kehausan akan curahan seni, budaya dan sastra benar-benar telah menjadikanku semakin menggeliat tidak tentu. Sudah lama aku ingin jalan-jalan sambil ditemani kesejukan hati ke sebuah tempat dimana para artis, seniman, teateris, sastrawan, penulis, pemikir, ulama’, mahasiswa, dan para wartawan berkumpul. Di Mesir, kita hanya akan menemukan beberapa markas para seniman berkumpul, itupun tidak pernah menyeluruh seperti apa yang dicapai oleh Sakkia Abdel Muneim El Sawy. Di tempat inilah dari sastrawan sampai pemuda-pemudi yang haus akan dunia seni, sastra, budaya, agama sampai dunia kepemudaan berkumpul. Sudah lama sekali aku ingin berkelana melihat bagaimana sebenarnya dunia
  • Sakkia
  • yang dibangun oleh penulis besar, wartawan Gumhouria dan novelis ini. Sakkia atau bisa dikatakan tempat bercurahnya keilmuan dan kebudayaan ini dibangun pada tanggal 15 Juli 2002 oleh wartawan Abdel Muneim El Sawy.


    Bisa dikatakan Sakkia masih baru dibangun, walaupun begitu suaranya sudah berdengung sampai kepelosok-pelosok desa di Mesir, bahkan banyak juga para seniman dan sastrawan dari manca negara, seperti Perancis, Itali, Amerika, Inggris dan Scotlandia makang di tempat ini. Hari Senin, tepatnya tanggal 22 Oktober 2007 kemarin aku bersama dua teman berkunjung ke dunia Sakkia yang berada di akhir jalan atau jembatan 26 July, Zamalek, Cairo, Mesir. Rasa penasaranku terhadap tempat ini membuatku benar-benar tidak bisa tenang, setelah melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki sambil sesekali bertanya, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan kami. Aku sendiri kaget ketika melihat tempat Sakkia yang didengung-dengungkan sebagai tempat para artis, sastrawan, seniman, penulis dan pemuda-pemudi berkumpul ternyata hanya seperti itu. Dahulu ketika pertama kali aku mendengarkan nama Sakkia dari beberapa iklan dan khususnya dari majalahnya yang diberinama Sakkia El Waraqiyya. Aku membayangkan bahwa gedung Sakkia sangat besar dan mewah, tapi setelah melihatnya sendiri, ternyata semuanya lain. Bahkan salah satu temanku tertawa nyengir melihat gedung Sakkia yang aneh itu.

    Gedung Sakkia yang diberi nama Khan Sakkia ternyata hanya gedung sederhana yang dibangun di bawah jembatan 26 July. Ketika melihat seperti itu, aku jadi ingat negeriku Indonesia. Di Indonesia, di kolong jembatan seperti itu adalah tempat dimana para saudara-saudaraku yang diberi embel-embel sebagai orang-orang gelandangan bertempat tinggal, daerahnya kumuh dan menjijikkan. Tapi di Mesir ini, tempat seperti itu malahan dijadikan sebagai tempat berkumpul para orang-orang keren. Aku sangat kecewa terhadap apa yang kulihat. Tapi dibenakku ada selentingan rasa memuji pendirinya, karena ternyata seorang wartawan besar seperti Abdel Muneim mempunyai cita rasa dan inisiatif yang berbeda dan menyeni sekali. Ketika aku terbengong-bengong melihat gedung kecil yang ada di bawah jembatan itu, salah satu temanku mengajak untuk masuk. Ketika masuk aku bertambah bengong, karena pemandangan antara di luar dengan di dalamnya sangat berbeda. Lima menit kami membaca beberapa pengumuman tentang jadwal acara, seperti kajian ilmiah, teater, pementasan puisi, pameran lukisan, pameran musik, nonton film bareng sampai ajang perkumpulan anak muda biasa.

    Di setiap sudut dinding di dalam Khan Sakkia terdapat sebuah pengumuman yang tertulis bahwa di daerah ini dilarang merokok, siapa yang melanggar akan dikenai denda 100 pound (200 ribu rupiah). Aku hanya bisa begumam “luar biasa tempat ini!”. Lalu telingaku mendengar suara alunan musik band. Belum lagi aku bertanya ke teman dimana asal suara itu, salah satu temanku sudah menyeretku untuk masuk ke sebuah ruangan yang ada di belakang. Baru saja aku masuk ke ruangan itu, aku bertambah terbengong-bengong seperti seorang pemuda melihat cewek cakep. Yang kulihat bukan sekedar cewek cantik saja, tapi pemandnagan di dalam ruangan ini begitu indah, nyaman, tenang dan romantis. Ruangan tang diberi nama Qa’ah Nahr (River Hall) ini berada di samping anak sungai Nil, sambil menikmati lantunan pameran musik, kita juga bisa menikmati keindahan sungai Nil. Group Band Arab yang sedang latihan itu ternyata melantunkan lagu Arab yang digubah sedemikian rupa hingga menyerupai lagu-lagu Inggris, belum pernah aku mendengarkan Band Arab seperti ini.

    Lalu salah satu temanku mengusulka untuk memesan kopi dan sambil menyeruput kopi aku dan teman-teman menikmati beberapa lagu dari Band Arab. Aku menikmati lagunya di pinggir sungai Nil da mataku tidka henti-hentinya menatap aliran Nil yang berjalan dengan santun dna sopan. Di dalam ruangan ini disediakan beberapa makanan dan minuman yang snagat murah. Bisa dikatakan tempat tidak sekedar sebagai tempat pameran musik dan teater saja, tapi lebih jauh lagi sebagai kafe, perpustakaan dan tempat liburan yang romantis. Lagu Band Arab sudah selesai dan saat ini para pemainnya sudah turun dan sedang bebincang-bincnag di sebelah tempat kami duduk. Kami pun berbincnag-bincang sekitar setengh jam. Tiba-tiba salah satu temanku menunjukkan kepadaku adagadis Mesir cantik. Sekilas aku melirik dan aku sampai bengong melihat seorang gadis berpakaian serba hitam itu melenggang dengan tenang menuju ke para pemain Band yang rata-rata mempunyai tubuh keren itu. Gadis itu sepertinya bukan asli ornag Mesir, karena wajahnya mirip sekali orang Eropa. Berkali-kali kami membicarakan dan mencoba menembak sebenarnya gadis itu aslid ari Mesir apa berdarah Eropa.

    Tidak terasa bahwa kami sudah hampir sejam berada di dalam ruangan ini. Dan ada beberap petugas menyuruh kami keluar, karena Band Arab yang tadi sedang latihan sebentar lagi akan manggung. Bagi yang ingin melihat pementasannya itu harus membeli tiket dulu. Akhirnya kami keluar untuk mencari informasi tentang cara pendaftaran keanggotaan Sakkia. Di ruangan yang diberi nama Qa’ah Hikmah (Wisdom Hall) itu kami mendapatkan informasi pendaftaran. Untuk mendapatkan kartu keanggotaan, kami harus mengisi folmulir dan membayar pendaftaran 20 pound untuk masa satu tahun. Bagi anggota Sakkia bisa mendapatkan potongan 5 pound setiap ada pagelaran seni dan kebudayaan, juga kita bisa meminjam beberapa buku di perpustakaan Sakkia.

    Lebih lanjut lagi, ternyata Sakkia mempunyai tiga ruangan khusus, yaitu ruang sungai (River Hall) yang digunakan untuk pementasan tentang dunia pemusikan. Ruang himah (Wisdom Hall) adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat pengajian tentang keagamaan. Sedangkan ruang kata (Word Hall) adalah tempat pagelaran teater, pembacaan puisi dan kajian ilmiah dan kebudayaan. Di tempat lain juga ada sebuah ruangan untuk perpustakaan bagi anak kecil, pelajar, mahasiswa dan para guru.setelah emngetahui beberapa informasi seperti itu, aku dapat melihat bahwa area tempat Sakkia ternyata cukup luas dan panjang, karena ia berada di bawah jembatan dan di samping aliran sungai Nil. Aku pun jadi tahu, bahwa arsiktur pembuatan tempat ini memang cicik sekali, karena tidak mengganggu orang lain. Orang tidak akan tahu dan mendengar suara musik yang keras jika di atasnya telah ada suara berisik dari mobil yang lewat jembatan. Diantara kelebihan Sakkia dnegan tempat lain seperti Opera House, Britist Council, El Harrawy dan lain-lainnya adalah bahwa tempat ini bisa menggabungkan diri antara dunia seni-budaya dengan keilmiahan dan dunia agama. Dan tempat yang sederhana itu ternyata memiliki keistimewaan yang suli dicari ditempat lainnya. Diakhir kata aku bisa mengatakan, bahwa sesuatu yang dibangun dari sebuah kesedarhanaan dan pemikiran yang ikhlas, akan menunai suatu yang tinggi dan maha dahsyat.

    24 Oktober 2007


    0 comments: